Telepon dari Kuwait, Dampak Digital Marketing Organik
hariera.NET – Telepon dari Kuwait, Dampak Digital Marketing Organik. Telepon tiba-tiba berdering. Nomor tak dikenal muncul di layar, membuat sedikit penasaran. “Siapa ini?” pikir saya. Saya angkat panggilan, dan dari seberang, terdengar suara dengan aksennya yang ramah.
“Halo, dengan Pak Narwanto?” suara di seberang bertanya.
“Iya betul?” jawab saya, sedikit terkejut kok tahu nama saya.
Ternyata, orang ini sedang mencari produsen sekaligus suplaiyer arang kayu halaban untuk disuplai ke Kuwait. Mereka memerlukan informasi lengkap mengenai produk dan ingin memastikan bisa mendapatkan seseorang yang bisa dipercaya saat mereka datang langsung ke Kalimantan Selatan untuk survei.
“Kami belum pernah ke Kalimantan, butuh pemasok dan seseorang yang bisa mendampingi kami saat survei nanti,” ujar mereka.
Saat mendengar ini, pikiran langsung berputar. Di Kalimantan Selatan, sudah banyak sekali eksportir dan produsen arang kayu halaban yang menawarkan produk mereka secara online.
Lalu, kenapa mereka pilih menelepon saya. Bahkan, tidak ada rekomendasi dari siapapun. Dan yang menarik, saya sendiri hampir tidak pernah lagi pasang iklan di portal-portal online luar negeri.
“Pasti ini dampak dari Digital Marketing yang berjalan secara organik, namun secara utuh melibatkan semua unsur pendukungnya untuk bisa bekerja secara maksimal,” pikir saya.
Beberapa minggu kemudian, buyer itu benar-benar datang. Kami bertemu di Banjarbaru dan langsung terjun untuk melihat produk arang kayu halaban yang mereka cari.
Setelah mereka puas dengan produk yang ada, karena penasaran, kami memutuskan untuk menanyakan hal yang selama ini sempat mengganjal.
“Sebenarnya, ada banyak produsen hingga eksportir lain yang lebih sering posting bahkan beriklan, tapi kok bisa menemukan nomor dan nama saya?”
Mereka tersenyum. “Kami cari produsen arang kayu halaban di Google, Instagram, TikTok dan Facebook. Profil Anda ternyata yang muncul dan kami rasa paling lengkap sehingga dengan mudah bisa kami pelajari secara online. Dari pencarian mesin, media sosial, hingga jejak liputan beberapa media online. Semuanya memberikan kesan kuat bahwa Anda bisa dipercaya.”
Ternyata, tanpa disadari, digital presence yang terbentuk secara organik justru membuat saya lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan mereka menambahkan, “Sekarang, kita bisa mencari informasi tentang siapa pun, bahkan melalui kecerdasan AI seperti ChatGPT, profil Anda memang terlihat paling solid.”
Pengalaman ini menjawab banyak hal. Bagaimana digital marketing bekerja ternyata bukan soal mana yang lebih penting, website atau media sosial?
Keduanya harus berjalan seimbang dan saling mendukung dalam membangun branding. Website, media sosial, dan jejak digital lainnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling memvalidasi satu sama lain.
Kita tidak pernah tahu di mana seseorang pertama kali menemukan kita di dunia digital. Mungkin melalui pencarian di Google, divalidasi dengan pencarian di media sosial.
Sebaliknya, pertama kali melihat di Instagram atau TikTok, lalu mencari lebih lanjut melalui website atau liputan-liputan media online.
Sehingga, Digital marketing bekerja dari gabungan semua unsur, bukan potongan-potongan kecil yang terpisah-pisah.
Sebelum pulang, merekapun sempat bertanya, “Mas Nar ini sebenarnya Seniman, Dosen, atau Produsen Arang Kayu?”
“Benar semua,” jawab saya sambil menahan tawa terkaget.
Mereka tertawa juga, namun tak salah juga. Coba saja, kalau Anda mengetik nama saya di Google, hasil pencarian akan menampilkan saya seolah seorang Seniman yang berkutat dengan produksi dan karya arang.
Sementara kalau Anda mencari di media sosial, saya lebih tampak seperti dosen atau mentor yang sering memberikan materi di kelas seperti terlihat dari konten-konten yang diposting sebelumnya.
Di situlah letak kekuatan dari jejak digital. Semua sisi tentang saya mulai terungkap, tergantung dari mana orang memulai pencariannya. (Narwanto)
Produk Terlaris: