info.hariera.NET – Di tengah pesatnya perkembangan kota, Narwanto, salah seorang pemuda warga Landasan Ulin, Banjarbaru, menemukan cara unik untuk memanfaatkan lahan tidur yang ada.
Dengan kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan, dia berhasil mengubah lahan tidur menjadi sebuah tempat bushcraft, yakni sebuah kegiatan yang mengajarkan keterampilan bertahan hidup di alam liar. Lahan tidur yang sebelumnya dianggap biasa, kini berhasil menarik perhatian banyak pihak.
Bushcraft sendiri adalah seni bertahan hidup dan kehidupan di alam terbuka yang melibatkan keterampilan seperti mendirikan tempat perlindungan sederhana, membuat api, dan mencari makanan atau air.
Aktivitas ini menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia, terutama di kalangan mereka yang tertarik untuk lebih dekat dengan alam dan ingin menantang kemampuan bertahan hidup mereka.
Di Landasan Ulin, Narwanto berusaha menjaga dan melestarikan lingkungan sambil memberikan ruang bagi aktivitas outdoor yang edukatif.
Dia tidak hanya membuka jalan setapak atau tempat berkemah, tetapi juga mendesain lokasi tersebut agar dapat digunakan untuk belajar keterampilan bushcraft yang beragam.
“Agar alami, lahan tidur yang dimanfaatkan untuk menjadi bushraft adalah rimbun pepohonan,” ungkap Narwanto kepada hariera.net, Sabtu, 24/8/2024.
“Kami ingin orang-orang, terutama generasi muda, sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan. Dengan terlibat langsung dalam kegiatan seperti ini, mereka bisa lebih menghargai alam dan belajar bagaimana hidup berdampingan dengannya,” imbuhnya.
Lokasi bushcraft di landasan Ulin, Banjarbaru ini menawarkan pengalaman yang autentik bagi para pengunjung. Mereka bisa merasakan hidup di tengah hutan, dengan fasilitas minimal dan ketergantungan penuh pada keterampilan bushcraft.
Para peserta akan diajari cara membangun tempat perlindungan menggunakan ranting dan daun, membuat api tanpa menggunakan korek api, serta memanfaatkan sumber daya alam untuk memasak.
Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan tentang bertahan hidup, tetapi juga menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Salah satu pengunjung yang pernah mencoba kegiatan ini, Siti (27), mengatakan bahwa pengalaman tersebut membuatnya lebih memahami keindahan dan tantangan hidup di alam liar.
“Awalnya saya pikir ini hanya tentang berkemah biasa, tapi ternyata ada banyak yang harus dipelajari. Dari membuat api, mendirikan tempat tidur, hingga memasak dengan bahan-bahan yang kita temukan di alam. Ini benar-benar membuka mata saya tentang pentingnya survival.”
Selain mengajarkan keterampilan bushcraft, Narwanto juga mengutamakan pelestarian lingkungan hutan. Ia selalu memastikan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan tidak merusak lingkungan.
“Semangatnya adalah leave no trace, yaitu meninggalkan hutan sebagaimana kita menemukannya, atau bahkan lebih baik,” pungkas Narwanto. “Setiap selesai kegiatan, wajib membersihkan area, menghilangkan sampah, dan memastikan ekosistem di sekitar tetap terjaga.”
Lebih jauh lagi, keberadaan lokasi bushcraft ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi lahan tidur yang banyak tersebar di Kalimantan Selatan.
Dengan melibatkan masyarakat lokal dan mengedepankan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan, hutan-hutan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal bisa menjadi sumber edukasi, rekreasi, dan bahkan ekonomi baru yang berkelanjutan.
Kreativitas yang diperlihatkan oleh Narwanto ini berhasil menciptakan ruang yang tidak hanya menarik bagi pecinta alam dan penggemar petualangan, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran tentang pentingnya hidup selaras dengan alam.
Di tengah dunia modern yang serba cepat, kegiatan bushcraft ini memberikan kesempatan untuk kembali ke alam, menikmati ketenangan, serta belajar tentang esensi bertahan hidup yang sebenarnya.