Berita Crypto, hariera.NET – Proyek mata uang digital Libra Facebook mengalami perjalanan yang sulit. Dari berbagai sumber disebutkan, mata uang kripto besutan Facebook pertama kali diperkenalkan pada Juni 2019 dengan nama libra. Token digital ini awalnya akan digunakan sebagai mata uang universal yang bisa mentransfer uang semudah berkirim pesan.
Rencana Mata Uang Libra
Di awal keberadaan proyek ini, Facebook membentuk Libra Association, sebuah konsorsium berisi 27 anggota dari perusahaan penyedia layanan digital, seperti beranggotakan perusahaan penyedia layanan digital seperti Spotify, Uber, Lyft, Shopify, dan Farfetch.
Libra Association awalnya berniat merilis mata uang kripto (cryptocurrency) dengan nilai berdasar beberapa mata uang. Uang virtual Libra nantinya dapat digunakan untuk membeli barang atau mengirim uang ke sesama pengguna, tanpa pungutan biaya.
Mata uang kripto ini juga bisa ditukar ke mata uang asli secara online atau melalui toko-toko offline. Pengguna kemudian bisa menyimpannya di dompet digital yang dibuat secara mandiri oleh Facebook bernama “Calibra”. Layanan ini bakal tersemat di WhatsApp, Messenger, dan Facebook.
Hambatan Libra
Keinginan Facebook membuat mata uang digital dan menjadi alat tukar digital menimbulkan kekhawatiran pihak perbankan. Peluang besar monopoli Libra sebagai mata uang digital membuat para regulator di seluruh dunia menentang rencana tersebut.
Sampai di sini, mimpi Libra sebagai mata uang digital harus mengalami berbagai perubahan. Pilihan jatuh kepada “stablecoin” atau uang digital yang terkoneksi langsung dengan uang resmi yang diterbitkan bank sentral seperti dolar AS dan Euro.
Pendekatan stablecoin inilah cikal bakal perubahan nama dari Libra menjadi Diem.
Libra Menjadi Diem
Meski demikian, ambisi Facebook tidak lantas padam. Demi mendapatkan dukungan regulator, Libra berubah nama menjadi Diem pada tahun 2020.
Dikutip dari Reuters, Kamis (3/12/2020), CEO Diem Association Stuart Levey, pergantian nama Libra pada Selasa, 1 Desember 2020, merupakan bagian dari langkah asosiasi menekankan struktur yang lebih sederhana.
Diem Association merupakan lembaga di balik mata uang digital Diem (dulunya Libra) yang bermarkas di Jenewa, Swiss.
“Nama asli dengan iterasi awal proyek mendapat sambutan yang kurang dari regulator. Kami pun mengubah preposisi itu,” kata Levey kepada Reuters.
Tak hanya ganti nama, Facebook (Meta) juga mengubah nama dompet virtualnya, Calibra menjadi Novi. Novi memungkinkan orang mengirimkan uang lewat aplikasinya atau melalui aplikasi Facebook Messenger dan WhatsApp. Setelah berganti nama, Diem disebutkan bakal diluncurkan pada awal 2021. Namun rencana ini juga tak dapat terealisasi hingga saat ini.
Libra dan Resistensi Politik
David Marcus, mantan pemimpin proyek mata uang kripto Libra dari Facebook, mengungkap faktor-faktor di balik kegagalan mata uang digital Libra.
Menurut Marcus, tekanan politik dan penutupan akses perbankan dari institusi pendukung menjadi faktor utama yang menghentikan proyek ini meskipun desainnya kuat dan telah melalui banyak konsultasi regulasi.
Dalam sebuah postingan di X (sebelumnya Twitter) tertanggal 30 November, Marcus merinci rangkaian peristiwa yang menyebabkan kehancuran Libra.
Sistem pembayaran berbasis blockchain ini, yang kemudian diubah namanya menjadi Diem, bertujuan untuk merevolusi pembayaran global dengan menggabungkan blockchain berperforma tinggi dengan stablecoin.
Namun, Marcus menyatakan bahwa kegagalannya tidak banyak berkaitan dengan masalah hukum atau regulasi. Sebaliknya, kekuatan politik memainkan peran yang menentukan.
“Satu poin penting yang perlu disampaikan di sini. Tidak ada sudut pandang hukum atau regulasi yang tersisa bagi pemerintah atau regulator untuk menghentikan proyek ini. Ini sepenuhnya adalah pembunuhan politik — yang dieksekusi melalui intimidasi terhadap institusi perbankan yang terikat,” ujar Marcus.
Marcus mengungkapkan bahwa Libra menghadapi perlawanan segera setelah pengumumannya pada tahun 2019. Meskipun tim melakukan penyesuaian untuk mengatasi kekhawatiran dan menunda peluncuran proyek hingga 2021, oposisi politik tetap tak henti-hentinya.
Dia menyoroti titik balik ketika Ketua Federal Reserve Jerome Powell dilaporkan mengubah pendiriannya setelah bertemu dengan Menteri Keuangan Janet Yellen.
Marcus mengungkapkan bahwa Yellen menyebut mendukung Libra sebagai “bunuh diri politik,” yang mendorong Federal Reserve untuk mengeluarkan peringatan kepada bank-bank yang terlibat dalam proyek tersebut.
Selama panggilan ini, penasihat umum Fed dilaporkan memperingatkan bank-bank untuk tidak melanjutkan Libra, dengan alasan ketidaknyamanan terhadap proyek tersebut.
“Fed mengatur panggilan dengan semua bank yang berpartisipasi, dan penasihat umum Fed membacakan pernyataan yang telah disiapkan kepada masing-masing dari mereka, mengatakan, “Kami tidak bisa menghentikan Anda untuk melanjutkan dan meluncurkan, tetapi kami tidak nyaman jika Anda melakukannya. Dan begitu saja, semuanya berakhir,” ucap Marcus.
Tokoh industri kripto sejak itu mendukung penjelasan Marcus. Kathryn Haun, mantan anggota dewan Libra, dan Tyler Winklevoss, co-founder Gemini, keduanya menyoroti bagaimana motif politik menggagalkan Libra.
“Gemini bekerja sama dengan David dan timnya di Meta untuk membantu meluncurkan Libra (fka Diem). Kami sudah sangat dekat ketika regulator Federal membunuh proyek ini. Semuanya adalah politik, tidak ada dasar hukum,” terang Winklevoss.
Merespons pengalaman ini, Marcus menekankan perlunya desentralisasi dalam membangun sistem keuangan masa depan. Dia mendukung Bitcoin sebagai fondasi ideal untuk jaringan semacam itu, dengan alasan netralitas dan desainnya yang tahan gangguan.
“Jika Anda mencoba membangun jaringan moneter terbuka untuk dunia—yang pada akhirnya memindahkan triliunan dolar sehari dan dirancang untuk bertahan selama 100 tahun—Anda harus membangunnya di atas jaringan dan aset yang paling netral, terdesentralisasi, dan tahan gangguan, yang tidak diragukan lagi adalah Bitcoin,” tutupnya.
Pengungkapan Marcus menambah pengawasan yang meningkat terhadap “debanking” dalam sektor kripto dan teknologi. Tuduhan terbaru tentang pembatasan keuangan yang bermotif politik telah memicu percakapan lebih lanjut tentang persimpangan regulasi, politik, dan inovasi di Amerika Serikat.