LifestyleViral

Sukatani Band: Perjalanan, Kontroversi, dan Perkembangan Terkini

63
×

Sukatani Band: Perjalanan, Kontroversi, dan Perkembangan Terkini

Sebarkan artikel ini
Sukatani Band Viral

Sukatani Band, grup musik punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, telah menarik perhatian publik melalui karya-karya mereka yang kritis terhadap isu sosial.

hariera.NET – Artikel ini akan membahas profil Band Sukatani, perjalanan karier mereka, kontroversi yang melibatkan lagu “Bayar, Bayar, Bayar”, serta perkembangan terkini terkait band ini.

Profil Sukatani Band

Asal Usul dan Formasi

Dibentuk pada tahun 2022, Sukatani terdiri dari dua anggota utama:

  • Vokalis: Novi Chitra Indriyaki, dikenal dengan nama panggung Twister Angel.
  • Gitaris dan Produser: Muhammad Syifa Al Ufti, atau Alectroguy.

Nama “Sukatani” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “suka bertani”, mencerminkan kedekatan mereka dengan isu agraria dan kehidupan petani. Mereka dikenal dengan genre musik post-punk dengan sentuhan new wave, serta lirik yang mengangkat isu sosial dan lingkungan.

Gaya dan Identitas

Sejak awal kemunculannya, Sukatani memilih tampil secara anonim dengan mengenakan topeng balaclava dalam setiap penampilan mereka.

Hal ini dilakukan untuk menjaga fokus pada pesan yang mereka sampaikan melalui musik, bukan pada identitas pribadi. Selain itu, dalam beberapa penampilan, mereka membagikan hasil pertanian kepada penonton sebagai simbol solidaritas dengan komunitas petani.

Album “Gelap Gempita” dan Lagu “Bayar, Bayar, Bayar”

Rilis Album

Pada 24 Juli 2023, Sukatani merilis album debut mereka yang berjudul “Gelap Gempita”. Album ini terdiri dari delapan lagu yang mengangkat berbagai isu sosial, termasuk korupsi, konsumerisme, dan perjuangan petani. Salah satu lagu yang menonjol dalam album ini adalah “Bayar, Bayar, Bayar”.

Kontroversi Lagu “Bayar, Bayar, Bayar”

Lagu “Bayar, Bayar, Bayar” secara eksplisit mengkritik praktik korupsi dan pungutan liar, termasuk yang diduga melibatkan oknum kepolisian.

Lirik seperti “Mau bikin SIM bayar polisi” dan “Keluar penjara bayar polisi” menyoroti berbagai bentuk pungutan yang dianggap merugikan masyarakat. Lagu ini segera mendapatkan perhatian luas dan memicu perdebatan di media sosial.

Permintaan Maaf dan Penarikan Lagu

Tekanan dan Permintaan Maaf

Pada 20 Februari 2025, kedua anggota Sukatani, Muhammad Syifa Al Ufti dan Novi Chitra Indriyaki, mengunggah video permintaan maaf melalui akun Instagram resmi mereka.

Dalam video tersebut, mereka tampil tanpa topeng, mengungkap identitas asli mereka, dan menyatakan bahwa lagu “Bayar, Bayar, Bayar” ditujukan untuk mengkritik oknum tertentu, bukan institusi Polri secara keseluruhan. Mereka juga meminta agar semua unggahan lagu tersebut dihapus dari platform digital untuk menghindari potensi risiko hukum di masa mendatang.

Reaksi Publik

Permintaan maaf dan penarikan lagu ini memicu berbagai reaksi dari publik. Sebagian menganggap langkah tersebut sebagai bentuk tekanan terhadap kebebasan berekspresi, sementara yang lain memahami keputusan tersebut sebagai upaya untuk menghindari konflik lebih lanjut.

Tagar #KamiBersamaSukatani menjadi trending di media sosial sebagai bentuk solidaritas terhadap band ini.

Tawaran Menjadi Duta Polri

Menanggapi kontroversi yang terjadi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa Polri tidak antikritik dan menghargai masukan untuk perbaikan institusi.

Bahkan, Kapolri menawarkan kepada Sukatani untuk menjadi duta Polri dalam rangka evaluasi perilaku oknum di tubuh kepolisian. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara Polri dan komunitas seni serta mendorong transparansi dalam institusi kepolisian.

Dampak pada Karier dan Kehidupan Pribadi

Pemecatan Vokalis dari Pekerjaan

Kontroversi yang melibatkan Sukatani tidak hanya berdampak pada karier musik mereka, tetapi juga kehidupan pribadi.

Novi Chitra Indriyaki, yang selain sebagai vokalis juga bekerja sebagai guru di SD IT Mutiara Hati Banjarnegara, dilaporkan dipecat dari pekerjaannya akibat polemik yang terjadi. Hal ini menimbulkan diskusi mengenai batas antara kebebasan berekspresi dan konsekuensi profesional.

Kembali ke Panggung dan Respons Terhadap Publik

Penampilan di Tegal

Setelah kontroversi mereda, Sukatani kembali tampil di hadapan publik dalam sebuah konser di Tegal pada 23 Februari 2025.

Mereka kembali mengenakan topeng balaclava sebagai identitas khas mereka. Meskipun banyak penggemar yang meminta mereka membawakan lagu “Bayar, Bayar, Bayar”, Sukatani memilih untuk tidak membawakan lagu tersebut dalam penampilan mereka.

Sikap Terhadap Kritik dan Kebebasan Berekspresi

Kasus yang dialami Sukatani menjadi refleksi penting mengenai kebebasan berekspresi di Indonesia. Banyak pihak yang berharap agar institusi dan masyarakat lebih terbuka terhadap kritik yang disampaikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *