Lifestyle

Kontroversi Band Sukatani, Bayar Bayar Bayar

52
×

Kontroversi Band Sukatani, Bayar Bayar Bayar

Sebarkan artikel ini
Kontroversi Band Sukatani, Bayar Bayar Bayar
Kontroversi Band Sukatani, Bayar Bayar Bayar (ilustrasi)

Kontroversi Band Sukatani, bayar bayar bayar. Band Sukatani, grup musik post-punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, telah menarik perhatian publik melalui lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar”.

Lagu ini mengkritik praktik korupsi di kalangan oknum kepolisian, dengan lirik yang menyoroti berbagai situasi di mana masyarakat merasa harus membayar untuk mendapatkan layanan atau menghindari sanksi. Namun, kontroversi yang muncul akibat lirik tersebut telah membawa band ini menjadi perhatian nasional.

Profil Band Sukatani

Sukatani dibentuk pada Oktober 2022 oleh dua musisi: Muhammad Syifa Al Lutfi, yang dikenal sebagai Alectroguy, berperan sebagai gitaris dan produser, serta Novi Citra Indriyaki, atau Twister Angel, sebagai vokalis utama.

Band ini dikenal dengan penampilan nyentrik mereka, seringkali menggunakan balaclava atau penutup wajah saat tampil di atas panggung.

Selain itu, mereka memiliki aksi unik dengan membagikan sayuran kepada penonton sebagai bentuk dukungan terhadap petani. Musik mereka mengusung genre post-punk dengan sentuhan new wave dan anarcho-punk, sering kali diwarnai dengan kritik sosial tajam.

Lagu “Bayar Bayar Bayar”

Dirilis pada tahun 2023 sebagai bagian dari album “Gelap Gempita”, lagu “Bayar Bayar Bayar” menyoroti berbagai situasi di mana masyarakat merasa harus membayar kepada oknum kepolisian untuk mendapatkan layanan atau menghindari sanksi.

Liriknya mencakup berbagai konteks, seperti pembuatan SIM, tilang di jalan, hingga laporan barang hilang. Berikut adalah kutipan lirik dari lagu tersebut:

“Mau bikin SIM bayar polisi
Ketilang di jalan bayar polisi
Touring motor gede bayar polisi
Angkot mau ngetem bayar polisi”

Lagu ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap oknum kepolisian yang menyalahgunakan wewenang mereka. Namun, lirik yang frontal ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat dan institusi terkait.

Kontroversi dan Permintaan Maaf

Pada 20 Februari 2025, melalui akun Instagram resmi mereka, @sukatani.band, Alectroguy dan Twister Angel menyampaikan permintaan maaf kepada Kapolri dan institusi Polri atas lirik lagu tersebut.

Dalam video yang diunggah, mereka menyatakan bahwa lirik dalam lagu tersebut sebenarnya ditujukan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan, bukan institusi secara keseluruhan.

Mereka juga meminta agar semua pihak yang telah mengunggah lagu “Bayar Bayar Bayar” di media sosial untuk segera menghapusnya. Selain itu, mereka mengumumkan penarikan lagu tersebut dari semua platform streaming.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menanggapi permintaan maaf tersebut dengan menyatakan bahwa Polri tidak anti kritik dan selalu terbuka terhadap masukan dari masyarakat.

Beliau menegaskan bahwa kritik yang membangun akan dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki kinerja institusi kepolisian ke depannya.

Reaksi Publik dan Dukungan Warganet

Setelah permintaan maaf dan penarikan lagu tersebut, muncul berbagai reaksi dari publik. Banyak warganet yang menggaungkan dukungan bagi Sukatani melalui tagar #KamiBersamaSukatani di media sosial.

Mereka menilai bahwa lagu tersebut merupakan bentuk ekspresi seni dan kritik sosial yang seharusnya dihargai. Beberapa warganet juga mempertanyakan mengapa kritik melalui musik harus berujung pada permintaan maaf dan penarikan karya.

Di sisi lain, beberapa pihak mendukung langkah Sukatani untuk meminta maaf dan menarik lagu tersebut, dengan alasan menjaga keharmonisan antara seniman dan institusi negara. Mereka berpendapat bahwa kritik sebaiknya disampaikan dengan cara yang lebih konstruktif tanpa menyinggung pihak tertentu secara langsung.

Implikasi terhadap Kebebasan Berekspresi

Kasus ini memunculkan diskusi mengenai batasan kebebasan berekspresi di Indonesia, khususnya dalam ranah seni dan musik. Beberapa aktivis dan pengamat seni berpendapat bahwa penarikan lagu “Bayar Bayar Bayar” dapat menjadi preseden yang kurang baik bagi kebebasan berekspresi. Mereka khawatir bahwa seniman akan merasa terbatasi dalam menyampaikan kritik sosial melalui karya mereka.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kebebasan berekspresi harus disertai dengan tanggung jawab, terutama ketika menyangkut institusi negara. Mereka menekankan pentingnya menyampaikan kritik dengan cara yang tidak menimbulkan konflik atau persepsi negatif di masyarakat.

Masa Depan Band Sukatani

Setelah kontroversi ini, masa depan karier musik Sukatani menjadi perhatian banyak pihak. Beberapa pengamat musik berpendapat bahwa kontroversi ini dapat menjadi momentum bagi Sukatani untuk semakin dikenal luas. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa band ini perlu lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan melalui karya mereka agar tidak menimbulkan polemik di kemudian hari.

Sukatani sendiri menyatakan akan terus berkarya dan menyuarakan isu-isu sosial melalui musik mereka. Mereka berkomitmen untuk menyampaikan pesan-pesan positif dan membangun kesadaran masyarakat terhadap berbagai permasalahan sosial yang ada.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *